Kamis, 23 Februari 2012

SUCCESS PLAN ORFILAME


SUCCES PLAN (Jenjang Karir di Oriflame)

Jenjang karir CONSULTANT :
Level 3%: BP grup 200 - 599 : Bonus Rp 20-80rb
Level 6%: BP grup 600 - 1199 : Bonus Rp 100-200rb
... Level 9%: BP grup 1200 - 2399 : Bonus Rp 300-500rb

Jenjang karir MANAGER :
Level 12%: BP grup 2400 - 3999 : Bonus Rp 650-900rb
Level 15%: BP grup 4000 - 6599 : Bonus Rp 1-1,5jt
Level 18%: BP grup 6600 - 9999 : Bonus Rp 2-3jt

Jenjang karir SENIOR MANAGER
Level 21%: BP grup min 10.000
Bonus performance : Rp 4-6jt
Bonus Leaders Club (LC) : Rp 500rb
Undangan Seminar Director

Level DIRECTOR : 6x berada di level 21%
Bonus performance : Rp 4-6jt per bulan
Bonus LC : Rp 1jt
Cash Reward : Rp 7jt
Undangan Seminar Director + Gala Dinner

Level GOLD DIRECTOR : memiliki 2 kaki Director

Pendapatan per tahun : 120juta
Bonus LC : Rp 1,4jt
Cash Reward : Rp 14jt
Undangan Seminar Director + Gala Dinner + Jalan-jalan ke Luar Negeri (1 orang 1x setahun)

Level SENIOR GOLD DIRECTOR : memiliki 3 kaki Director
Pendapatan per tahun : 180juta
Bonus LC : Rp 1,4jt
Cash Reward : Rp 21jt
Undangan Seminar Director + Gala Dinner + Jalan-jalan ke Luar Negeri (1 orang 1x setahun)

Level SAPPHIRE DIRECTOR : memiliki 4 kaki Director
Pendapatan per tahun : Rp 240juta
Bonus LC : Rp 2,8jt
Cash Reward : Rp 28jt
Undangan Seminar Director + Gala Dinner + Jalan-jalan ke Luar Negeri (2 orang 1x setahun)

Level DIAMOND DIRECTOR : memiliki 6 kaki Director
Pendapatan per tahun : Rp 460juta
Bonus LC : CAR BONUS
Cash Reward : Rp 42jt
Undangan Seminar Director + Gala Dinner + Jalan-jalan ke Luar Negeri (2 orang 2x setahun) + HONDA CRV

Level SENIOR DIAMOND DIRECTOR : memiliki 8 kaki Director
Pendapatan per tahun : Rp 600juta
Cash Reward : Rp 56jt
Undangan Seminar Director + Gala Dinner + Jalan-jalan ke Luar Negeri (2 orang 2x setahun)

Level DOUBLE DIAMOND DIRECTOR : memiliki 10 kaki Director
Pendapatan per tahun : Rp 720juta
Cash Reward : Rp 70jt
Undangan Seminar Director + Gala Dinner + Jalan-jalan ke Luar Negeri (3 orang 2x setahun)

Level EXECUTIVE DIRECTOR : memiliki 12 kaki Director --> Nadia Meuthia, Dini Shanti
Pendapatan per tahun : Rp 1.060 Milyar
Cash Reward : Rp 168jt
Undangan Seminar Director + Gala Dinner + Jalan-jalan ke Luar Negeri (3 orang 2x setahun)
Mobil BMW 320i
Executive Conference (4 tiket)

Abis itu masih banyak lagi jenjang lainnya yg bisa dapatin bonus mobil BMW 320, Toyota New Camry, Mercedes D240 - C280 & ML350. Ntar mentoknya tuh ini:

Level DIAMOND PRESIDENT DIRECTOR : memiliki 24 kaki Director >>> Tamilla Polezhaeva dari Rusia!
Pendapatan per tahun : Rp 6,7milyar
Cash Reward : Rp 7 milyar
Undangan Seminar Director + Gala Dinner + Jalan-jalan ke Luar Negeri (4 orang 4x setahun business class)


Kerja dirumah yuk!
www,momnbizz.com
087881111221
jasmine_cyber@yahoo.com

Title Baru! FULL TIME MOM...................... :-)

Iseng login di blog lagi,,,, sempet terdiam sejenak dan hampir menitikan air mata sewaktu baca tulisan terakhir sekaligus yang pertama,,, disitu tertulis tanggal 21 June 2011. Awal semua ketika aku memutuskan untuk "iseng" nekat nyemplung ke bisnis online d'BCN MLM Oriflame ini karena dilema sebagai "Bunda Pekerja",,,

Ya Allah,,, bener2 ga nyangka "keisenganku" pada waktu itu benar2 CHANGE MY LIFE!

Momen itu berawal ketika aku sedang memompa ASI perah untuk Aryaku di mushola kantor sambil membaca sepenggal kisah nyata dari Facebook Fan Taman Hidayah berikut  :

——— [] ———-
Rani, sebut saja begitu namanya. Kawan kuliah ini berotak cemerlang dan memiliki idealisme tinggi. Sejak masuk kampus, sikap dan konsep dirinya sudah jelas: meraih yang terbaik, di bidang akademis maupun profesi yang akan digelutinya. ”Why not the best?” katanya selalu, mengutip seorang mantan presiden Amerika.
Ketika Universitas mengirim mahasiswa untuk studi Hukum Internasional di Universiteit Utrecht, Belanda, Rani termasuk salah satunya. Saya lebih memilih menuntaskan pendidikan kedokteran.
Berikutnya, Rani mendapat pendamping yang ”selevel”; sama-sama berprestasi, meski berbeda profesi.
Alifya, buah cinta mereka, lahir ketika Rani diangkat sebagai staf diplomat, bertepatan dengan tuntasnya suami dia meraih PhD. Lengkaplah kebahagiaan mereka.
Konon, nama putera mereka itu diambil dari huruf pertama hijaiyah ”alif” dan huruf terakhir ”ya”, jadilah nama yang enak didengar: Alifya. Saya tak sempat mengira, apa mereka bermaksud menjadikannya sebagai anak yang pertama dan terakhir.
Ketika Alif, panggilan puteranya itu, berusia 6 bulan, kesibukan Rani semakin menggila. Bak garuda, nyaris tiap hari ia terbang dari satu kota ke kota lain, dan dari satu negara ke negara lain.
Setulusnya saya pernah bertanya, ”Tidakkah si Alif terlalu kecil untuk ditinggal-tinggal?” Dengan sigap Rani menjawab, ”Oh, saya sudah mengantisipasi segala sesuatunya. Everything is OK!” Ucapannya itu betul-betul ia buktikan. Perawatan dan perhatian anaknya, ditangani secara profesional oleh baby sitter mahal. Rani tinggal mengontrol jadual Alif lewat telepon. Alif tumbuh menjadi anak yang tampak lincah, cerdas dan gampang mengerti.
Kakek-neneknya selalu memompakan kebanggaan kepada cucu semata wayang itu, tentang kehebatan ibu-bapaknya. Tentang gelar dan nama besar, tentang naik pesawat terbang, dan uang yang banyak.
”Contohlah ayah-bunda Alif, kalau Alif besar nanti.”
Begitu selalu nenek Alif, ibunya Rani, berpesan di akhir dongeng menjelang tidurnya.
Ketika Alif berusia 3 tahun, Rani bercerita kalau dia minta adik. Terkejut dengan permintaan tak terduga itu, Rani dan suaminya kembali menagih pengertian anaknya. Kesibukan mereka belum memungkinkan untuk menghadirkan seorang adik buat Alif. Lagi-lagi bocah kecil ini ”memahami” orang tuanya. Buktinya, kata Rani, ia tak lagi merengek minta adik. Alif, tampaknya mewarisi karakter ibunya yang bukan perengek. Meski kedua orangtuanya kerap pulang larut, ia jarang sekali ngambek. Bahkan, tutur Rani, Alif selalu menyambut kedatangannya dengan penuh ceria. Maka, Rani menyapanya ”malaikat kecilku”.
Sungguh keluarga yang bahagia, pikir saya. Meski kedua orangtuanya super sibuk, Alif tetap tumbuh penuh cinta. Diam-diam, saya iri pada keluarga ini.
Suatu hari, menjelang Rani berangkat ke kantor, entah mengapa Alif menolak dimandikan baby sitter. ”Alif ingin Bunda mandikan,” ujarnya penuh harap. Karuan saja Rani, yang detik ke detik waktunya sangat diperhitungkan, gusar. Ia menampik permintaan Alif sambil tetap gesit berdandan dan mempersiapkan keperluan kantornya. Suaminya pun turut membujuk Alif agar mau mandi dengan Tante Mien, baby sitter-nya.
Lagi-lagi, Alif dengan pengertian menurut, meski wajahnya cemberut.
Peristiwa ini berulang sampai hampir sepekan. ”Bunda, mandikan aku!” kian lama suara Alif penuh tekanan.
Toh, Rani dan suaminya berpikir, mungkin itu karena Alif sedang dalam masa pra-sekolah, jadinya agak lebih minta perhatian. Setelah dibujuk-bujuk, akhirnya Alif bisa ditinggal juga.
Sampai suatu sore, saya dikejutkan telponnya Mien, sang baby sitter. ”Bu dokter, Alif demam dan kejang-kejang. Sekarang di Emergency.” Setengah terbang, saya ngebut ke UGD. But it was too late. Allah Subhaanahu wa Ta’ala  sudah punya rencana lain. Alif, si malaikat kecil, keburu dipanggil pulang oleh-Nya.
Rani, ketika diberi tahu soal Alif, sedang meresmikan kantor barunya. Ia shock berat. Setibanya di rumah, satu-satunya keinginan dia adalah memandikan putranya.
Setelah pekan lalu Alif mulai menuntut, Rani memang menyimpan komitmen untuk suatu saat memandikan anaknya sendiri.
Dan siang itu, janji Rani terwujud, meski setelah tubuh si kecil terbaring kaku. ”Ini Bunda Lif, Bunda mandikan Alif,” ucapnya lirih, di tengah jamaah yang sunyi. Satu persatu rekan Rani menyingkir dari sampingnya, berusaha menyembunyikan tangis.
Ketika tanah merah telah mengubur jasad si kecil, kami masih berdiri mematung di sisi pusara. Berkali-kali Rani, sahabatku yang tegar itu, berkata, ”Ini sudah takdir, ya kan. Sama saja, aku di sebelahnya ataupun di seberang lautan, kalau sudah saatnya, ya dia pergi juga kan?” Saya diam saja.
Rasanya Rani memang tak perlu hiburan dari orang lain. Suaminya mematung seperti tak bernyawa. Wajahnya pias, tatapannya kosong. ”Ini konsekuensi sebuah pilihan,” lanjut
Rani, tetap mencoba tegar dan kuat. Hening sejenak.
Angin senja meniupkan aroma bunga kamboja.
Tiba-tiba Rani berlutut. ”Aku ibunyaaa!” serunya histeris, lantas tergugu hebat. Rasanya baru kali ini saya menyaksikan Rani menangis, lebih-lebih tangisan yang meledak.
”Bangunlah Lif, Bunda mau mandikan Alif. Beri kesempatan Bunda sekali saja Lif. Sekali saja, Aliiif..”
Rani merintih mengiba-iba. Detik berikutnya, ia menubruk pusara dan tertelungkup di atasnya. Air matanya membanjiri tanah merah yang menaungi jasad Alif. Senja pun makin tua.
 ——— [] ——

Seperti halilintar menyambar hatiku :) 

Disaat yang sama Ibuku yg selama ini merawat arya seorang diri tiba2 sakit,,,,, 
Dengan bekal Ikhlas dan restu dari suamiku......

Bismillah.... I'm Officially full time mom now :)
Pssttt,,,,, ga cuma title itu loh.... Disaat yang sama saya juga bertitle "Director" hanya dalam 8Bulan Dengan penghasilan 8,5jt an per bulan + Cash award 7jt.
lebih besar dari kerja kantoranku selama 5thn yang menuntutku pergi pagi dengan drama tangisan anak dan pulang larut malam .....

Saya bangga menjadi Ibu rumah tangga yang mandiri financial :)

Kerja dirumah yuk!
www.momnbizz.com
087881111221
jasmine_cyber@yahoo.com
Pin by request